Latar
Belakang Problem Based Learning
Versi Indonesia
Pada
proses pembelajaran di kelas hingga saat ini masih juga ditemukan pengajar yang
memposisikan peserta didik sebagai objek belajar, bukan sebagai individu yang
harus dikembangkan potensi yang dimilikinya. Hal ini dapat mematikan potensi
peserta didik. Dan dalam keadaan tersebut peserta didik hanya mendengarkan
pidato guru di depan kelas, sehingga mudah sekali peserta didik merasa bosan
dengan materi yang diberikan. Akibatnya, peserta didik tidak paham dengan apa
yang baru saja disampaikan oleh guru.
Pada
model pembelajaran berbasis masalah berbeda dengan model pembelajaran yang
lainnya, dalam model pembelajaran ini, peranan guru adalah menyodorkan berbagai
masalah, memberikan pertanyaan, dan memfasilitasi investigasi dan dialog. Guru
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menetapkan topik masalah yang
akan dibahas, walaupun sebenarnya guru telah menetapkan topik masalah apa yang
harus dibahas. Hal yang paling utama adalah guru menyediakan perancah atau
kerangka pendukung yang dapat meningkatkan kemampuan penyelidikan dan
intelegensi peserta didik dalam berpikir. Proses pembelajaran diarahkan agar
peserta didik mampu menyelesaikan masalah secara sistematis dan logis. Model
pembelajaran ini dapat terjadi jika guru dapat menciptakan lingkungan kelas
yang terbuka dan jujur, karena kelas itu sendiri merupakan tempat pertukaran
ide-ide peserta didik dalam menanggapi berbagai masalah.
Jika dilihat dari sudut pandang psikologi belajar, model
pembelajaran ini berdasarkan pada psikologi kognitif yang berakar dari asumsi
bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.
Melalui model pembelajaran ini peserta didik dapat berkembang secara utuh,
artinya bukan hanya perkembangan kognitif, tetapi peserta didik juga akan
berkembang dalam bidang affektif dan psikomotorik secara otomatis melalui
masalah yang dihadapi.
Model pembelajaran berbasis masalah mengambil psikologi kognitif
sebagai dukungan teoritisnya. Fokus pembelajaran pada model ini menekankan pada
apa yang peserta didik pikirkan selama mereka terlibat dalam proses
pembelajaran, bukan pada apa yang mereka kerjakan dalam proses pembelajaran.
Seperti halnya model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran
berbasis masalah ini menemukan akar intelektualnya dalam karya John Dewey. Di
dalam Democracy and Education (1916), Dewey mendiskripsikan pandangan tentang
pendidikan dengan sekolah sebagai cermin masyarakat yang lebih besar dan kelas
akan menjadi laboratorium untuk penyelidikan dan pengentasan masalah kehidupan
nyata. Pedagogis Dewey mendorong guru untuk melibatkan peserta didik dalam
berbagai proyek berorientasi masalah dan membantu mereka menyelidiki berbagai
masalah sosial dan intelektual penting.
Anda sedang mempelajari :
Artikel : Latar Belakang Problem Based Learning
Author : Dede Setyono
Link :http://modeldanmetode-belajar.blogspot.com/2017/06/latar-belakang-problem-based-learning.html
Catatan : Silahkan Klik tombol. Apa yang ingin Anda cari atau pelajari!English Version
Note : Please Click the button. What you want to find or learn!
tag : Latar Belakang Problem Based Learning, pendekatan belajar, problem based learning, quantum teaching learning, integrated learning, cooperative learning, aktive learning, contextual teaching and learning, defenisi, karesteristik, kekurangan, kelebihan, langkah-langkah operasional,contoh penerapan, berbasis dunia nyata, pembelajaran berpusat pada siswa, konteks spesifik, induktif, kolaboratif dan ketergantungan, konsep dasar, pendefenisian masalah, learing Theories pembelajaran mandiri, pertukaran pengetahuan, sejarah, prisnsip, model, konteks, isi/content, pengertian, model, model fragmented, model shared, model nested, model sequenced, model webbed, model immersed, model theared, model networked,model integrated, pengertian, konsep dasar, team reward, individual accountability, equal opportunities for succes, metode, jigsaw, stad, student team achievement, tgt, team games turnamen, defenisi, aplikasi dalam pembelajaran, strategi, refleksi , pertanyaan peserta didik, rangkuman, pemetaan, strategi, membangun hubungan untuk menemukan makna, melakukan sesuatu yang bermakna, belajar mandiri, kolaborasi, berpikir kritis dan kreatif, mengembangkan proses individu,standar pencapaian tinggi,assesmen yang autentik, tujuan,defenisi,komponen dalam pembelajaran
Komentar
Posting Komentar